Senin, 06 Februari 2012

Burung dengan sebelah sayap

sewaktu buka- buka file di kompi dapat cerita, pikirku drpd tak simpen sendiri mending tk share sama temen2, mungkin juga berguna.. :D
Seorang SAHABAT dengan potensi tinggi, mengeluh berat setelah pindah-pindah kerja di lebih dari lima tempat
Tadinya, saya fikir ia mencari penghasilan yang lebih tinggi.
    Setelah mendengarkan dengan penuh empati, SAHABAT ini rupanya mengalami kesulitan dengan lingkungan kerja
Di semua tempat kerja sebelumnya, dia selalu bertemu dengan orang yang tidak cocok. Di sini tidak cocok dengan atasan, di situ bentrok dengan rekan sejawat, di tempat lain malah diprotes bawahan
Kalau SAHABAT di atas berhobi pindah-pindah kerja, seorang SAHABAT saya yang lain punya pengalaman yang lain lagi.
Setelah berganti istri sejumlah tiga  kali, dengan berbagai alasan yang berbau tidak cocok, ia kemudian merasa capek dengan kegiatan berganti-ganti pasangan ini.
Seorang pengusaha berhasil punya pengalaman lain lagi. Setiap kali menerima orang baru sebagai pimpinan puncak,  ia senantiasa semangat dan penuh optimis. Seolah-olah orang baru yang datang pasti bisa menyelesaikan semua masalah. Akan tetapi, begitu orang baru ini berumur kerja lebih dari satu tahun, maka mulailah kelihatan busuk-busuknya. Dan ia pun mulai capek dengan kegiatan berganti-ganti pimpinan puncak ini
Digabung menjadi satu,....
seluruh cerita ini menunjukkan bahwa kalau motif kita  mencari pasangan - entah pasangan hidup maupun pasangan kerja
adalah mencari orang yang cocok di semua bidang,
sebaiknya dilupakan saja.!!!
Bercermin dari semua inilah, maka sering kali saya ungkapkan di depan lebih dari ratusan forum
bahwa fundamen paling dasar dari manajemen sumber daya manusia adalah  :
manajemen perbedaan
Yang mencakup dua hal mendasar : menerima perbedaan dan mentransformasikan perbedaan sebagai kekayaan
Sayangnya,
kendati idenya sederhana, namun implementasinya memerlukan  upaya yang tidak kecil
Ini bisa terjadi, karena tidak sedikit dari kita yang menganggap diri seperti burung yang bersayap lengkap.
Bisa terbang (baca : hidup dan bekerja ) sendiri tanpa ketergantungan pada orang lain.
Padahal,
meminjam apa yang pernah ditulis Luciano de Crescendo,
kita semua sebenarnya lebih mirip dengan burung yang bersayap sebelah
Dan hanya bisa terbang kalau mau berpelukan  erat-erat bersama orang lain.
Anda boleh berpendapat lain, namun pengalaman, pergaulan
dan bacaan  saya menunjukkan dukungan yang amat kuat terhadap pengandaian burung bersayap sebelah terakhir.
Di perusahaan
hampir tidak pernah saya bertemu pemimpin berhasil tanpa kemampuan bekerja sama  dengan orang lain.
Di keluarga
tidak pernah saya temukan keluarga bahagia tanpa kesediaan sengaja untuk 'berpelukan' dengan anggota keluarga yang lain.
Demikian besarnya  makna dan dampak cinta, sampai-sampai ia tidak bisa dibandingkan dengan apapun
Rugi besarlah manusia yang selama hidupnya tidak pernah mengenal cinta
Ia seperti pendaki gunung yang tidak pernah sampai di puncak gunung. Capek, lelah, penuh perjuangan namun sia-sia
Ini semua, mendidik saya untuk hidup dengan pelukan cinta.
Di pagi hari ketika baru bangun dan membuka jendela, saya senantiasa berterimakasih akan  pagi yang indah. Dan mencari-cari lambang cinta yang bisa saya peluk. Entah itu pohon bonsai di halaman rumah, ikan koi di kolam, atau suara anak yang rajin menonton film kartun. Begitu keluar dari kamar tidur, akan indah sekali hidup ini rasanya kalau saya mencium anak, atau istri.

Melihat burung gereja yang memakan nasi yang sengaja diletakkam di pinggir kali , juga menghasilkan pelukan cinta tersendiri. Demikian juga dengan di kantor, godaan memang ada banyak sekali. Dari marah, stres, frustrasi, egois sampai dengan nafsu untuk memecat orang.
Demikian juga dengan di kantor, godaan memang ada banyak sekali. Dari marah, stres, frustrasi, egois sampai dengan nafsu untuk memecat orang.

Namun, begitu saya ingat karyawan dan karyawati bawah yang bekerja penuh ketulusan, dan menghitung jumlah perut yang tergantung pada kelangsungan hidup perusahaan, energi pelukan cinta entah datang dari mana.
Kembali ke pengandaian awal tentang burung dengan sebelah sayap.
Tuhan memang tidak pernah melahirkan manusia yang sempurna.
Kita selalu  lebih di sini  dan  kurang di situ.    Atau sebaliknya.  Kesombongan atau keyakinan berlebihan  yang menganggap kita bisa sukses sendiri tanpa bantuan orang lain, hanya akan membuat kita bernasib sama dengan burung  yang bersayap sebelah, namun memaksa diri untuk terbang.
Sepintar dan sehebat apapun kita, tetap kita hanya akan memiliki sebelah sayap
Mau belajar, berjuang, berdoa, bermeditasi atau sebesar dan sehebat apapun usaha kita, semuanya akan diakhiri dengan jumlah sayap yang hanya sebelah
Oleh karena alasan inilah, saya selalu ingat pesan seorang      SAHABAT untuk memulai kehidupan setiap hari dengan pelukan.
Entah itu memeluk anak, memeluk istri, memeluk kehidupan, memeluk alam semesta, memeluk Tuhan atau di kantor memulai kerja dengan 'memeluk' orang lain.
Ok  SAhABATS,
Have a day full of
SMILE, GOOD WORK,  SUCCESS & LOVE


by : Gede Prama
file location : danns file pile

1 komentar:

  1. terkadang perbedaan itu membuat sesuatu jadi lebih indah :D

    mari sini aku peluk :D

    BalasHapus

blogger baik yang adalah mampir, baca postingan dan beri komentar :D